Ringkasan Jurnal - Kritisisme Sejarah Teologi Barat

Identitas Jurnal
Judul                           : Kritisisme Sejarah Teologi Barat
Pengarang                   : Happy Susanto
Jurnal                           : Jurnal Tsaqafah – Filsafat Ilmu
Volume                       : 7
Nomor                         : 2
Waktu Penerbitan       : 2011
Halaman                      : 299-316

 

Kebudayaan Barat (Western Civilization) berkembang mewarisi unsur-unsur kebudayaan Yunani Kuno, Romawi, dan unsur-unsur lain dari budaya bangsa-bangsa Eropa, khususnya Jerman, Inggris, dan Prancis. Sebagian penulis, seperti Samuel Huntington, memasukkan agama (religion)–dalam hal ini Kristen–sebagai unsur penting yang membentuk kebudayaan Barat. Demikian ditulis dalam buku populernya The Clash of ivilizations and Remaking of World Order (1996).

Gelombang kebudayaan Barat yang disebut dengan modernisme itu pada mulanya mencerminkan gaya hidup elitis, tapi kini disebut dengan postmodernisme yang bersifat populis. Secara konseptual dampaknya dahsyat. Ia tidak saja mampu mengubah konsep sejarah secara agresif, tapi juga mengubah sikap orang terhadap agama menjadi skeptis. Agama dan kitabnya diposisikan hanya sebagai suatu bentuk “narasi besar” (grand narrative) yang kering, profan, dan dapat dipermainkan melalui bahasa dan imajinasi liar yang mencampuradukkan realitas dan fantasi. Postmodernisme sebenarnya tidak lain dari sekularisme yang tampil dengan wajah baru yang “pusat gravitasinya” adalah pandangan hidup Barat (Western worldview).

Di Barat ada beberapa bentuk macam bentuk teologi yang berkembang, diantaranya adalah teologi eksklusif, inklusif, dan pluralis. Indonesia, salah satu negara yang mengadopsi Teologi Barat. Teologi Barat dimaksudkan bahwa realitas doktrin dan tradisi yang dikembangkan hanya dalam hal situasi temporal dalam budaya Barat. Ia harus pergi tanpa mengatakan bahwa semua perkembangan doktrinal terjadi dalam konteks historis dan ideologis yang mendefinisikan tidak hanya isu yang diangkat tetapi juga bahasa dan konsep yang digunakan dalam mencoba solusi.

 

Metodologi yang di gunakan adalah metode studi pustaka.

Konsep teologi Barat terus mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan ini disebabkan oleh faktor historis atau konteks dimana pemikiran teologis itu muncul. Menjadi tidak bijaksana jika umat Islam terutama di Indonesia hanya menerima dan mengadopsi secara serampangan tanpa kajian kritis terhadap konsep apapun yang datang dari Barat terutama pemikiran keagamaan hanya untuk dikatakan sebagai masyarakat yang modern dan beradab. Sebagaimana dijelaskan oleh Esposito bahwa pelaksanaan modernisasi dalam dunia Islam membawa pada pengadopsian sistem politik, hukum dan pendidikan Barat yang sebenarnya dalam berbagai aspeknya belum tentu sesuai dengan ide-ide dan nilai-nilai Islam tentang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Beberapa negara Islam mencoba merubah ideologi dan sistem pemerintahannya mengikuti Barat. Hal yang paling besar terjadi di dunia Islam adalah ketergantungan yang besar terhadap perekonomian dan sistem pendidikan. Kompleksitas modernisasi  ini selalu berkaitan dengan masalah moral dan agama. Di satu pihak modernisasi dibanggakan karena mampu menciptakan nilai dan makna, namun ia juga ditakuti sebagai ancaman terhadap pola nilai dan makna yang telah ada. Modernisasi memang bisa membebaskan manusia dari dogmatisme dan otoritas tradisional termasuk mengurangi peran agama terutama dalam bidang politik. Namun penolakan terhadap Barat secara brutal juga tidak kalah berbahaya karena bisa jadi itu menjadi bentuk pelestarian sekularisasi dengan gaya yang berbeda. Yang diharapkan adalah munculnya berbagai pemikiran teologi baru yang tidak melupakan makna terdalam dari agama namun juga tidak menafikan kondisi sosial yang ada.

 

Sumber Jurnal

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah/article/download/11/7

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

RINGKASAN BUKU Paulo Freire – Politik Pendidikan : Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan