MEMAHAMI PERBEDAAN PESERTA DIDIK DAN KEANERAGAMAN BUDAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Oleh karena itu, sebagai calon seorang pendidik hendaknya mampu memahami setiap karakteristik maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswa didiknya. Dengan memahami dan mengetahuinya, pendidik akan tahu bagaimana caranya untuk mengatasi dengan cara-cara yang yang menghibur tetapi mendidik bagi anak usia dini dan mudah dipahami oleh mereka. Melalui pembahasan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan tentang perbedaan individu dan aplikasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat perbedaan individu, integrasi dan inklusi?
2. Apa saja bentuk keaneragaman di kelas, dan implikasinya dalam pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hakikat perbedaan individu, integrasi dan inklusi.
2. Mengetahui apa saja bentuk keaneragaman di kelas, dan implikasinya dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT PERBEDAAN INDIVIDU, INTEGRITAS DAN INKLUSI
Pendidikan harus dapat dinikmati oleh semua anak, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus saat ini tengah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahaninimeliputiperubahandalam kesadaran sikap, keadaan, metodologi, penggunaan konsep-konsep, dan perubahan paradigma menuju kepada pendidikan kemanusiaan. Pada awalnya, layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus berupa pendidikan segregasi.
Pendidikan segregasi merupakan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dimana anak berkebutuhan khusus dengan hambatan yang sama berada dalam satu sekolah, misalnya anak dengan hambatan penglihatan berada di Sekolah Luar Biasa (SLB) A, anak dengan hambatan pendengaran berada di Sekolah Luar Biasa (SLB)B, dan seterusnya.
Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus telah banyak berkembang dengan adanya layanan pendidikan integrasi dan pendidikan inklusi. Dalam kesempatan ini akan dibahas tentang pendidikan integrasi dan pendidikan inklusi.
Pendidikan integrasi dan pendidikan inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (dulu anak penyandang cacat). Pada sekolah yang memberikan layanan pendidikan integrasi dan pendidikan inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Keuntungan dari pendidikan integrasi dan pendidikan inklusi adalah bahwa anak berkebutuhan khususmaupun anak biasa dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat dan kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai denganpotensinya masing-masing.
Pendidikan integrasi dan pendidikan inklusi mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan. Pandangan mengenai pendidikan yang harus menyesuaikan dengan kondisi peserta didik ini sangat terkait dengan adanya perbedaan yang terdapat dalam diri peserta didik. Pandangan lama yang menyatakan bahwa peserta didiklah yang harus menyesuaikan dengan pendidikan dan proses pembelajaran di kelas lambatlaun harus berubah. Istilah integrasi dan inklusi berimplikasi pada adanya kebutuhanyangharusdipenuhi bagi semua anakdalam sekolah. Hal ini menyebabkan adanya penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Penyesuaian pendidikan(adaptive education)dilaksanakan dengan menyediakan pengalaman-pengalaman belajar guna membantu masing-masing peserta didik dalam meraih tujuan-tujuan pendidikan yang dikehendakinya. Penyesuaian pendidikan dapat berlangsung tatkala lingkungan pembelajaran sekolah dimodifikasi untuk merespon perbedaan-perbedaan peserta didik secara efektif dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar dapat bertahan dalam lingkungan tersebut.
Dengan melihat adanya penyesuaian terhadap kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam setting pendidikan integrasi dan pendidikan inklusi model pendidikan yang dilaksanakan memiliki model yang berbeda dengan model pendidikan yang lazim dilaksanakan di sekolah-sekolah reguler.
Pengertian Pendidikan Integrasi Pendidikan Integrasi adalah suatu sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk belajar dalam waktu tertentu disekolah regular sesuai dengan kelas yang ada di Sekolah Luar Biasa misalnya hanya dalam pelajaran kesenian atauolah raga.
Jadi peserta didik SLB bersama dengan peserta didik reguler berada dalam kelas yang sama. Terdapat jenis-jenis pendidikan integrasi. Jenis pertama adalah dimana pada suatu sekolah regular terdapat kelas khusus untuk siswa-siswa SLB yang sejenis misalnya hanya untuk gangguan visual atau gangguan intelektual saja. Mereka yang dengan kebutuhan pendidikan khusus tetap diajar oleh guru SLB. Pengintegrasian diatur apakahpadamatapelajaran tertentu saja -anak-anak dalam kelas khusus berintegrasi ke kelas regular- atau hanya pada waktu istirahat. Dalam integrasi tersebut diperlukan asesmen untuk anak berkebutuhan khusus. Jenis kedua adalah dimana di dalam sekolah regular terdapat ruang khusus untuk memberikan layanan kepada peserta didik regular yang mengalami kesulitan dalam belajar karena kondisi mereka (anak dengan kebutuhan pendidikan khusus). Di sini diperlakukan Pull Out System dalam mata pelajaran tertentu. Layanan di ruang sumber dilakukan oleh tim yang terdiri orthopedagog, psikolog, terapi wicara, fisiotherapist, occupational, dan therapist. Dalam jenis ini juga diperlukan asesmen untuk peserta didik tersebut. Di dalam pendidikan integrasi ada 3 kriteria yaitu adanya rasa memiliki-dimiliki dalam masyarakat sosial, partisipasi demi kepentingan masyarakat, dan tanggung jawab bersamaatastugas-tugasdankewajiban-kewajiban.
Istilah pendidikan inklusif merupakan istilah yang baru. Istilah ini menunjukkan arti yang universal. Istilah inklusif berkaitan dengan persamaan, keadilan, dan hak individual dalam pembagian sumber-sumber seperti politik, pendidikan, sosial, danekonomi.2 Terdapat beberapa definisi mengenai pendidikan inklusif. Diantara definisitersebut yaitu: MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin menyatakan bahwa hakikat inklusif adalah mengenai hak setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk mencapai potensi tersebut, sistem pendidikan harus dirancang dengan memperhitungkan perbedaan perbedaan yang ada pada diri siswa. Bagimerekayangmemiliki ketidakmampuan khusus dan/atau memiliki kebutuhan belajar yang luar biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan yang bermutu tinggi dan tepat.3 Daniel P. Hallahan mengemukakan definisi pendidikan inklusif sebagai pendidikan yang menempatkan semua peserta didik berkebutuhan khusus dalam sekolah reguler sepanjang hari. Dalam pendidikan seperti ini, guru memiliki tanggung jawab penuh terhadap peserta didik berkebutuhan khusus tersebut.
1. Pengertian Individu
Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Setiap manusia memiliki ciri atau karakter yang berbeda-beda. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi munculnya perbedaan pada setiap individu. Dalam kamus echols & shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) online, individu berarti orang seorang: pribadi orang (terpisah dari yang lain). Bisa juga disebut individual yang berarti mengenai atau berhubungan dengan manusia secara pribadi, bersifat perseorangan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas individu yang berbeda membutuhkan tempat yang tepat untuk mengembangkan setiap potensi yang berbeda pada dirinya untuk berkembang menjadi lebih baik. Pembelajaran yang tepat akan sangat dibutuhkan, sehingga pendidik harus memahami setiap potensi dan kebutuhan potensi para anak didiknya.
2. Pengertian Perbedaan Individu
Perbedaan individu berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai persamaanya. Psikologi perbedaan individu menguji dan menjelaskan bagaimana setiap orang berbeda dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak. Menurut Lindgren (1980) makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menyangkut tentang variasi yang terjadi, baik variasi dari segi fisik dan psikologis. Perbedaan individu menurut Chaplin (1995:244) adalah “sebarang sifat atau perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu individu dengan individu lainnya. Sedangkan menurut Gerry (1963) ddalam buku perkembangan peserta didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengkategorikan perbedaan individual seperti berikut:
a. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
b. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
c. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
d. Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar(skema).
e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah dalam mencapai pengetahuan baru.
Bermacam-macam aspek perbedaan individu, ada dua fakta yang di kenal dan menonjol, yaitu: dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan di sekitarnya yang merangsang pertumbuhan dan perkembangannya. Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya. Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak besifat kuantitatif dan bukan kualitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan individu yang bersangkutan. Individu menunjukkan kedudukan eseorang sebagai orang perorangan maupun perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri serta sifat atau karakteristik setiap individu tidaklah sama. Perbedaan tersebut di sebut perbedaan individu dan perbedaan individual.
Alfred Adler berpendapat bahwa manusia adalah mahluk sosial yang bertanggung jawab. Ia percaya manusia sejak lahir dikarunia dengan kesadaran bersosial dan hanya keterpaksaan (kompensasi) yang membuatnya bertanggung jawab kepada manusia lain untuk dapat mencapai sebuah kesejahteraan yang baikbagi dirinya dan orang lain. Pada akhirnya Adler meyakinkan bahwa manusia adalah mahluk yang menyimpan interest sosial yang sangat dalam. Teori psikologi individual Adler ini, memang lebih banyak berupaya menyadarkan manusia, bahwa ia merupakan mahluk yang berdaya dan memiliki rasa sosial yang dalam, sehingga itu pulalah ia dapat “survive” dalam menjalani hidup. Teori ini pula, memiliki kekuatan dalam hal memprediksi perilaku manusia melalui tujuan semu atau akhir dari perilaku yang diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran dari diri manusia tersebut. hal ini sangat menarik karena merupakan pandangan yang kami kira sangat positif dan futureristik, dan hal ini tentunya dapat membangkitkan semangat dan gaya hidup manusia dalammelakukan aktivitas.
3. Faktor-Faktor Perbedaan Individu
a. Faktor bawaaan atau genetik
Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang dilakukan melalui pewarisan genetik oleh orang tua. Pewarisan genetik ini dimulai saat terjadinya pembuahan. Yaitu ketika sel reproduksi perempuan yang disebut ovum dibuahi oleh sel reproduksi laki-laki yang disebut spermatozoon. Hal ini terjadi kira-kira 280 hari sebelum lahir. Dalam masing-masing sel reproduksi, baik spermatozoa maupun ovum atau sel telur terdapat 23 kromosom. Kromosom adalah partikel seperti benang yang masing-masing didalamnya terdapat untaian partikel yang sangat kecil, yang disebut gen. Gen inilah pembawa ciri bawaan yang diwariskan orangtua kepada keturunannya (Hurlock,1995). Perkiraan jumlah gen dalam genome (kumpulan gen) manusia bergerak antara 60.000 sampai 150.000, masing-masing membawa potensi ciri bawaan fisik dan mental. Gen ini mengandung petunjuk untuk produksi protein, yang selanjutnya protein ini yang akan mengatur proses fisiologis tubuh dan penampakan sifat-sifat fenotip: bentuk tubuh, kekuatan fisik, kecerdasan, dan berbagai pola perilaku lainnya (Zimbardo & Gerig 1999).
Perbedaan gen merupakan salah satu alasan mengapa setiap individu berbeda dengan individu lainnya, baik secara fisik, psikologis, maupun perilaku meskipun merupakan saudara sendiri. Selain faktor genetik selebihnya dipengaruhi oleh lingkungan, karena setiap individu tidak pernah berada di lingkungan yang sama persis (Zimbardo & Gerig, 1999).
b. Faktor lingkungan
Lingkungan menunjuk pada segala sesuatu yang terjadi di luar diri individu. faktor ini meliputi:
- Status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua, meliputi tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orangtua. Meskipun tidak mutlak, tingkat pendidikan orangtua mempengaruhi sikap orangtua terhadap pendidikan anak serta aspirasinya terhadap pendidikan anak. Begitu pula dengan pekerjaan dan penghasilan orangtua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orangtua terhadap pendidikan anak,dan aspirasi anak terhadap pendidikannya, fasilitas yang diberikan, dan juga waktu yang diberikan pada anak untuk pendidikan. Demikian juga dengan perbedaan status ekonomi akan mempengaruhi perbeedaan individu, salah satu implikasinya adalah perbedaan pola gizi yang diterapkan dalam keluarga. Tidak dipungkiri bahwa gizi merupakan aspek penting yang mempangaruhi perkembangan kecerdasan anak. Keluarga dengan status ekonomi rendah tidak memungkinkan untuk memenuhi pola gizi anak dengan baik. Sedangkan, keluarga dengan status ekonomi tinggi, akan memberikan gizi yang terbaik untuk anaknya. Padahal gizi yang baik merupukan kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak untuk tumbuh kembang fisik dan kecerdasannya. Selain itu, pola asuh dalam keluarga juga merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perbedaan setiap individu.
- Budaya, Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat-istiadat. Budaya dan kebudayaan sebagai rangkaian tindakan dan aktifitas manusia yang berpola dapat dilihat dalam tiga wujud. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Hal ini berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud kedua adalah budaya dari suatu aktifitas dan tindakan berpola dari manusia dan masyarakat. Wujud ketiga, kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Kebudayaan ini berupa benda-benda yang dapat dilihat, diraba, atau difoto. Ketiga bentuk budaya dan kebudayaan tersebut mempengaruhi perilaku manusia.
- Urutan kelahiran, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan perilaku individu dipengaruhi salah satunya oleh urutan kelahiran. Teori Alfred Adler adalah yang pertama kali mempelajari hubungan antara urutan kelahiran dengan kepribadian. Adler sangat percaya bahwa urutan kelahiran di antara saudara dapat memiliki efek yang langgeng dan kuat pada kepribadiannya. Menurut Adler,, urutan kelahiran mempengaruhi cara seseorang menangani suatu persoalan dan faktor-faktor seperti pengambilan keputusan, komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Alfred Adler mempunyai alasan bahwa anak yang lebih tua menunjukkan ciri-ciri seperti kesadaran dan keramahan. Anak yang lahir pertama atau anak sulung cenderung lebih teliti, ambisius, dan agresif jika dibandingkan dengan adik-adiknya. Anak tengah atau anak kedua biasanya berperan sebagai mediator dan pecinta damai. Sementara itu, anak yang terlahir terakhir atau anak bungsu cenderung lebih kreatif dan menarik. Karena terkadang dianggap anak bawang, anak bungsu ingin diperlakukan sama. Sedangkan anak tunggal atau anak semata wayang biasanya lebih percaya diri, supel, dan memiliki imajinasi tinggi. Meskipun anak tunggal sering merasa terbebani dengan harapan yang tinggi dari orangtua mereka terhadap diri mereka sendiri. Karakteristik yang berbeda-beda tersebut disebabkan karena perlakuan yang berbeda-beda dari orangtua maupun anggota keluarga lainnya berdasarkan urutan kelahiran masing-masing.
B. BENTUK KEANERAGAMAN DI KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
1. Bentuk Keaneragaman di Kelas
a. Intelegensi
Novelis Inggris abad ke-20 Aldous Huxley mengatakan bahwa anak-anak itu hebat dalam hal rasa ingin tahu dan intelegensinya. Apa yang dimaksud Huxley ketika dia menggunakan kata intelegensi? Intelegensi adalah salah satu milik kita yang paling berharga, tetapi bahkan orang yang paling cerdas sekalipun tidak sepakat tentang apa inteligensi itu. Beberapa pakar mendeskripsikan intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem solving). Yang lainnya mendeskripsikannya sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan definisi intelegensi yang cukup fair. Keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari, pengalamn hidup sehari-hari. Minat terhadap intelegensi seringkali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual (Kaufman & Lictenberger, 2002; Lubinski, 2000; Molfse & Martin, 2001).
Howard Gardner (1983,1993,2002) mengemukakan delapan kerangka pikirannya tentang macam-macam kecerdasan (multiple intellegence):
- Keahlian verbal
Kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna.
- Keahlian spiritual/ eksistensial
Keterampilan, kemampuan dan perilaku yang diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan dengan sumber utama (Tuhan Yang Maha Esa) dari segala sesuatu.
- Keahlian logika matematika
Kemampuan untuk menyelesaikan operasi matematika
- Keahlian spasial
Kemampuan untuk berpikir tiga dimensi. Kemampuan melihat ruang dan bangunan. Kecerdasan ini berpotensi untuk menjadi seorang arsitek, insinyur dan lain-lain.
- Keahlian kinestetik
Kemampuan untuk memanipulasi objek dan kecerdasan dalam hal-hal yang berhubungan dengan fisik.
- Keahlian musikal
Kemampuan dalam memahami nada, melodi, irama, dan suara.
- Keahlian intrapersonal
Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupan dirinya secara efektif,
- Keahlian interpersonal
Kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
- Keahlian naturalis
Kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia.
b. Gaya belajar dan gaya berpikir
Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya (Drysdale, Ross, & Schuylts, 2001; Stenberg, 1997). Dua dikotomi gaya belajar dan berpikir yang paling banyak didiskusikan adalah:
- Gaya impulsive/reflektif. Disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsive atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965). Penelitian impulsif/refleksi menunjukan bahwa siswa reklektif lebih memungkinkan untuk melakukan tugas-tugas dengan baik daripada siswa impulsive (Jonassen & Grabowski, 1993) yaitu, mengingat informasi yang terstruktur, pemahaman bacaan dan interpretasi teks, dan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Siswa reflektif juga cenderung lebih mungkin daripada siswa impulsive untuk menetapkan tujuan belajar mereka sendiri dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Siswa reflektif biasanya memiliki standar yang lebih tinggi untuk kinerja.
- Gaya dalam/permukaan, adalah bagaimana siswa mendekati bahan pembelajaran. Apakah mereka melakukan hal ini dengan cara yang membantu mereka memahami arti dari bahan (gaya dalam) atau hanya sebagai apa yang harus dipelajari (gaya permukaan) (Marton, Hounsell, & Entwistle, 1984). Siswa yang belajar pendekatan dengan gaya permukaan gagal untuk mengikat apa yang mereka pelajari ke dalam kerangka kerja konseptual yang lebih besar. Mereka cenderung belajar dengan cara pasif, sering menghafal total informasi. Peserta didik dalam lebih mungkin untuk aktif membangun apa yang mereka pelajari dan member makna apa yang mereka butuhkan untuk mengingat (Snow, Corno, & Jackson, 1996).
c. Kepribadian dan temperamen
- Kepribadian mengacu pada pemikiran, emosi dan perilaku khas yang menjadi cirri bagaimana individu beradaptasi dengan kehidupan. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kepribadian pada masa remaja cenderung tidak stabil seperti masa dewasa (Roberts, Kayu, & Caspi, 2008). Lima besar faktor kepribadian yaitu keterbukaan, kesadaran, ekstraversi, keramahan, dan neurotitisme (kestabilan emosi).
- Temperamen terkait erat dengan kepribadian dan gaya belajar dan berpikir, temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara karakteristik merespons. Perbedaan individu muncul dalam perkembangan gaya temperamen anak (Elisenberg & Lain, 2010). Kesesuaian antara temperamen individu dan tuntutan lingkungan yang harus individu batasi, disebut kebaikan dari kesesuaian, dapat menjadi penting untuk penyesuaian anak (Miller, Tserakhava, & Miller, 2010).
.
d. Perbedaan Jenis Kelamin atau Gender
Istilah jenis kelamin dan gender sering diartikan sama. Jenis kelamin menunjuk pada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan, sementara gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti seorang laki-laki atau perempuan dalam kenyataan yang ada. Barbara Mackoff (dalam Baron dan Byrne, 2004) menyatakan bahwa perbedaan terbesar antara laki-laki dan perempuan adalah cara memperlakukan mereka.
e. Perbedaan Kemampuan
Diartikan sebagai kecerdasan. Definisi secara umum diartikan sebagai prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas dengan meliputi prestasi individu dalam sebagian besar tugas-tugas belajar. Perbedaan kecerdasan individu dapat dilihat dari perbedaan skor IQ.
f. Perbedaan Kepribadian
Merupakan pola perilaku dan berfikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.Orang cenderung bertindak dan berfikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi. Sebagai karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang lain.
g. Perbedaan Gaya Belajar
Merupakan pola perilaku yang spesifik dalam menerima informasi dan mengembangkan kemampuan baru, serta proses menyimpan informasi dan keterampilan baru.
h. Perbedaan dalam bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapat rangsangan dan pempukan secara tepat, sebaliknya bakat tidak dapat berkembang sama sekali manakala ingkungan tidak memberikan kesemppatan untuk berkembang. Pekembangan bakat dimiliki secara individual.
2. Implikasi Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran
Perbedaan individu sangat menarik perhatian para ilmuawan.Termasuk DePetter dan Hearchi. Ia menjelaskan berbagai macam tipe orang dalam belajar. Setiap orang memiliki cara dan metode belajarnya sendiri. Ada yang lebih senang belajar sendiri, belajar berkelompok, belajar dengan melihat, mendengar atau mengerjakan sesuatu agar sesuatu yang ia pelajari dapat diingat dan dipahaminya dengan baik. Untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita, tentu ada baiknya kita terlebih dulu mengerti dan mengetahui bagaimana sebenarnya tipe belajar kita sendiri.
Menurut DePetter dan Hearchi, 2003, tipe belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Sutanto, 2006, membagi tipe belajar seseorang menjadi tiga hal:
- Manusia visual, dimana ia akan secara optimal menyerap informasi yang dibacanya/dilihatnya.
- Manusia auditori, dimana informasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal.
- Manusia kinestetik, dimana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu “dicontohkan” atau ia membayangkan orang lain melakukan hal yang akan dipelajarinya.
Sejalan dengan hal tersebut, DePetter dan Hearchi, 2003, mendeskripsikan ciri-ciri tipe belajar seseorang menjadi sebagai berikut:
- Tipe Visual
Orang visual akan lebih memahami melalui apa yang mereka lihat. Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun beberapa ciri orang dengan tipe belajar visual, yaitu :
- Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan
- Berbicara dengan cepat
- Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
- Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
- Lebih mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
- Mengingat dengan asosiasi visual
- Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya.
- Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat
- Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat
- Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato
- Lebih menyukai seni gambar daripada musik
- Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak
- Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata yang tepat
- Biasanya tidak terganggu dengan keributan
2. Tipe auditori
Orang dengan tipe ini akan lebih memahami sesuatu melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog internal dan suara menonjol pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
- Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan
- Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
- Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
- Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna suara
- Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan
- Berbicara dalam irama yang terpola
- Lebih suka musik daripada seni gambar
- Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat
- Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar
- Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
- Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
- Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
- Biasanya pembicara yang fasih
3. Kinestetik
Orang dengan tipe kinestetik belajar malalui gerak, emosi dan sentuhan. Modalitas ini mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik yaitu :
- Berbicara dengan perlahan
- Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara
- Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang
- Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
- Belajar melalui memanipulasi dan praktik
- Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
- Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
- Banyak menggunakan isyarat tubuh
- Tidak dapat diam untuk waktu yang lama
- Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu.
- Menyukai permainan yang menyibukkan
- Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetuk-ngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan
- Ingin melakukan segala sesuatu
- Kemungkinan tulisannya jelek
Selain ketiga tipe belajar tersebut, DePetter juga menambahkan bahwa ada tipe campuran dari tiga tipe belajar diatas, misalnya Auditori-visual atau Visual-kinestetik atau bisa ketiga-tiganya tapi biasanya satu tipe belajar lebih mendominasi.
3. Program-Program Pembelajaran
1. Program Percepatan
Yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa, dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam angka waktu yang lebih singkat dibandingkan teman-temannya.
2. Remidial
Pemberian layanan pendidikan kepada siswa yang mengalami kesulitan/hambatan dengan memberikan pelajaran dan atau tugas tambahan sehingga mereka dapat menyelesaikan program sesuai dengan waktu yang ditentukan.
3. Program Pengayaan
Yaitu pemberian layanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimiliki siswa, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/ pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yag diprogramkan untuk siswa lainnya.
Selain dari tiga program di atas, implikasi pembelajaran dari perbedaan individual setiap siswa dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:
a) Menggunakan pendekatan pembelajaran ekletik dan fleksibel; disertai penggunaan multimedia dan multimetode
b) Memahami pilihan gaya belajar siswa kemudian menyediakan lingkungan belajar yang mendukung gaya belajar mereka.
c) Memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang menggabungkan pilihan cara belajar siswa, menggunakan metode mangajar, insentif, alat, dan situasi yang direncanakan sesuai dengan pilihan siswa
a. Gunakan kombinasi cooperative learning, pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok, atau antara aktifitas-aktifitas belajar yang berpusat pada guru dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
b. Berikan waktu yang cukup untuk memproses dan memahami informasi.
c. Gunakan alat-alat multi sensory untuk memproses, mempraktekkan dan memperoleh informasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan dan oknum. Perbedaan individual secara umum adalah hal-hal yang berkaitan dengan psikolgi pribadi yang menjelaskan perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai persamaanya. Sumber perbedaan individu disebabkan faktor bawaan dan faktor lingkungan. Terdapat beberapa macam bidang perbedaan individu yaitu perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan berbahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan kesiapan belajar, perbedaan jenis kelamin, perbedaan kepribadian, dan perbedaan gaya belajar. Perbedaan individu dapat diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu menggunakan pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa. Menggunakan pendekatan pembelajaran ekletik dan fleksible, menggunakan kombinasi cooperative learning, menggunakan alat-alat multi sensori untuk mempraktekan dan memperoleh informasi.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan perbedaan individual sebagai anugerah, karena justru dengan perbedaan individual itu banyak alternatif cara yang dapat dilakukan guru untuk mengelola proses pembelajarannya.
2. Memilih program pembelajaran individual yang paling tepat untuk diterapkan pada siswa yang diajarnya.
DAFTAR PUSAKA
Khairyararastiti. 2014.tugas-mata-kuliah psikolgi-endidikan.www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015.
Warsono. 2014. Files pendidikan.Staff.uny.ac.id. Diakses pada 19 Oktober 2015.
Kajian- psikologi-UPI.com/perbedaan-individual.html. diakses pada 20 oktober 2015.
Santrock, John W. 2014. Psikologi pendidikan edisi kelima buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Santrock, John W. 2015. Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta: prenada media grup.
Amir. 2014. karakteristik-dan-perbedaan-individu./m.kompasiana.com/.Diakses pada 21 Oktober 2015.
Yudhasmasara, Sandiaz. 2014. Anakku cerdas tapi sulit konsentrasi./m.kompasiana.com/ Diakses pada 21 Oktober 2015.
http://blog.student.uny.ac.id/loveandlife/files/2013/11/Makalah-Perbedaan-Individu.docx
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/19/prinsip-prinsip-belajar-dan-implikasinya-4/
Komentar
Posting Komentar