Tafsir Surah al-Nahl Ayat 14 “Laut dan Kekayaan yang Terkandung di dalamnya”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al qur’an merupakan pedoman hidup manusia, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam al-qur’an kita bisa menemukan ayat-ayat yang menjadi isyarat tentang berbagai hal bagi kemashlahatan umat manusia. Baik berupa penemuan-penemuan baru maupun penyempurnaan atau koleksi bagi teori-teori yang masih ada.
Laut merupakan salah satu bentuk ciptaan Allah Swt. Apa yang terdapat di laut amatlah penting bagi kehidupan umat manusia. Dari laut, manusia dapat mengenal berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang ada. Tentu ada yang dapat dikonsumsi dan ada pula yang tidak. Manusia pun mengenal jenis perhiasan yang berasal dari makhluk yang ada di laut seperti adanya mutiara yang berasal dari cangkang kerang. Selain itu laut dapat pula berfungsi sebagai mata pencarian hidup manusia dengan adanya perkapalan baik untuk bisnis kargo, perniagaan maupun sarana transportasi. Allah Swt. menjelaskan keberadaan laut dalam al-Qur`an, salah satunya ayat berikut
وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya:
Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur. (Qs. An-Nahl 16) : 4)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisa ayat berdasarkan tafsir yang muktabarah dan hadits yang dilengkapi dengan perawinya?
2. Apa kata kunci dalam surah An Nahl ayat 14 ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui analisa ayat berdasarkan tafsir yang muktabarah dan hadits yang dilengkapi dengan perawinya.
2. Untuk mengetahui kata kunci dalam surah An Nahl ayat 14.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisa Ayat
Menurut Imam ibn Jarir al-Tabari, ayat berbicara mengenai nikmat Allah kepada makhluk-Nya berupa menundukkan segala hal yang ada di lautan bagi manusia. Laut dapat diartikan dengan laut dengan airnya yang asin maupun sungai yang airnya tawar. Kedua tempat tersebut diberikan Allah Swt. kepada manusia agar dapat digunakan dengan sebaik mungkin. Sebagaimana laut yang airnya asin, maka dalam tempat tersebut terdapat berbagai jenis makhluk baik berupa hewan seperti ikan, karang, ganggang laut, dan kerang. Lalu di sungai yang airnya tawar terdapat berbagai makhluk seperti ikan, buaya, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Tentunya dari beberapa hal tersebut dapat digunakan oleh manusia dalam rangka mencari penghidupan.
Manusia dapat mengambil manfaat dari lautan tersebut seperti mengonsumsi daging segar berupa ikan. Lalu dapat pula membudidayakan makhluk hidup di laut seperti mutiara (al-Lu`lu`) yang keluar dari cangkang kerang juga permata (al-Marjan). Keduanya memiliki fungsi sebagai aksesoris juga perhiasan yang memiliki estetika tinggi.
Menurut al-Tabari dalam ayat ini terdapat redaksi Mawakhir yang merupakan bentuk jamak dari kata Makhir. Redaksi ini dalam bahasa Arab bermakna suara arah angin. Tetapi jika dikaitkan dengan ayat ini maka berarti suara perahu yang berlayar dilautan mengikuti arus air dan arah angina. Semua ini diciptakan Allah agar manusia dapat mencari penghidupan dengan memanfaatkan hadil laut. Sehingga tujuan akhir dari hal ini agar manusia dapat mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya (Muhammad ibn Jarir al-Tabari, Jami’ al-Bayan ‘An Ta’wil Ay al-Qur’an, jilid 4, hal 504).
Tafsir Jalalain:
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ (Dan Dialah yang menundukkan lautan) Dia telah membuatnya jinak sehingga dapat dinaiki dan diselami لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا (agar kalian dapat memakan daripadanya daging yang segar) yaitu ikan.
وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا (dan kalian mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kalian pakai) yaitu berupa mutiara dan marjan وَتَرَى (dan kamu melihat) menyaksikan الْفُلْكَ (bahtera) perahu-perahu مَوَاخِرَ فِيهِ (berlayar padanya) dapat melaju di atas air; artinya dapat membelah ombak melaju ke depan atau ke belakang hanya ditiup oleh satu arah angin.
وَلِتَبْتَغُوا (dan supaya kalian mencari) lafal ini diathafkan kepada lafal lita’kuluu, artinya supaya kalian mencari keuntungan مِن فَضْلِهِ (dari karunia-Nya) karunia Allah swt. lewat berniaga وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (dan supaya kalian bersyukur) kepada Allah swt. atas karunia itu.
Tafsir Ibnu Katsir:
Allah memberi khabar tentang pengendalian-Nya terhadap lautan yang menggebu-gebu dengan ombak, dan Allah memberi anugerah kepada hamba-Nya dengan menundukkan lautan itu untuk mereka, dan membuatnya mudah untuk mengarunginya, dan menjadikan di dalamnya ikan besar dan ikan kecil,
dan menjadikan dagingnya halal; baik dari yang hidup atau dari yang mati, ketika halal (diluar kegiatan haji dan umrah) atau ketika ihram, dan Allah memberi anugerah kepada mereka dengan apa yang Allah ciptakan di dalam lautan itu, berupa mutiara dan permata yang sangat berharga.
Dan Allah memudahkan bagi mereka untuk mengeluarkan mutiara dan permata itu dari tempatnya, sehingga menjadi perhiasan yang mereka memakainya. Dan Allah memberi anugerah kepada mereka dengan menundukkan lautan untuk membawa perahu-perahu mengarunginya dan dikatakan pula, angin yang menggerakkannya; dua macam pengertian ini benar.
Maka dari itu Allah berfirman: وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (Dan supaya kamu mencari [keuntungan] dari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur) Maksudnya, nikmat-nikmat-Nya dan kebaikan-kebaikan-Nya
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI
Allah swt menyebutkan nikmat-nikmat yang terdapat di lautan yang diberikan kepada hamba-Nya. Dijelaskan bahwa Dia yang telah mengendalikan lautan untuk manusia. Maksudnya ialah mengendalikan segala macam nikmat-Nya yang terdapat di lautan agar manusia dapat memperoleh makanan dari lautan itu berupa daging yang segar, yaitu segala macam jenis ikan yang diperoleh manusia dengan jalan menangkapnya.
Nikmat-nikmat Allah itu disebutkan agar manusia mensyukuri semua nikmat yang diberikan-Nya kepada mereka. Juga dimaksudkan agar manusia dapat memahami betapa besar nikmat Allah yang telah diberikan pada mereka dan memanfaatkan nikmat yang tiada tara itu untuk beribadah kepada-Nya dan kesejahteraan mereka sendiri.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Dan dia-lah yang menundukkan untukmu lautan yang terhampar luas dan menjadikannya tempat tinggal bagi binatang-binatang laut dan tumbuh kembang aneka perhiasan. Hal ini dimaksudkan agar kamu dapat menangkap ikan-ikannya dan memakan daging yang segar darinya, dan dari lautan itu pula kamu dapat mengeluarkan benda-benda yang bernilai tinggi, seperti mutiara, permata, dan semacamnya untuk menjadi perhiasan yang kamu pakai. Di samping itu, kamu juga melihat perahu pembawa barang-barang berat dan bahan-bahan makanan dapat berlayar padanya dengan mudah atas izin Allah. Dan dia menundukkan laut agar kamu dapat memanfaatkannya dan mencari rezeki dari sebagian karunia-Nya yang terdapat di sana, dan agar kamu selalu bersyukur atas nikmat-nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada kamu serta memanfaatkannya sesuai tujuan penciptaannya. Dan dia yang mahakuasa itu pula yang telah menancapkan gunung dengan kukuh dan kuat di bumi tempat kamu tinggal agar bumi itu tidak goncang bersama kamu. Dan dia pula yang menciptakan sungai-sungai yang mengalirkan air untuk dimanfaatkan oleh makhluk hidup, dan di atas bumi itu pula Allah menciptakan jalan-jalan yang terbentang agar kamu mendapat petunjuk, baik menuju arah yang benar maupun menuju pengakuan atas keesaan Allah.
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata:
(حِلۡيَةٗ تَلۡبَسُونَهَاۖ) hilyatan talbasuunahaa : “perhiasan yang kamu pakai.” Mutiara dan marjan. (مَوَاخِرَ فِيهِ) mawaakhira fiih : “berlayar padanya” berlayar di atasnya pulang dan pergi dengan angin yang sama, dan dengan uap pada hari itu.
(مِن فَضۡلِهِۦ) min fadhlih : “sebagian karunia-Nya” dari karunia Allah ta’ala dengan perdagangan.
Makna ayat:
Konteks ayat yang mulia masih dalam menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Allah, ilmu, hikmah, dan kasih sayang-Nya, itu merupakan tanda-tanda yang berkonsekuensi mengesakan-Nya, hanya mempersembahkan ibadah kepada-Nya, bersyukur, dan mengingat-Nya. Firman-Nya “Dan Dialah yang menundukkan lautan.” Yaitu seluruh air yang melimpah dan banyak baik tawar atau asin, Dia menundukkanya agar mempermudah menyelam di dalamnya dan kapal dapat berlayar di atasnya. Firman-Nya “agar kalian memakan daging yang segar darinya dan mengeluarkan darinya perhiasan yang kalian pakai.” Menjelaskan sebab menundukkan lautan, yaitu agar manusia memancing darinya ikan untuk dimakan dan mengeluarkan mutiara dan marjan untuk perhiasan wanita mereka. Firman-Nya “dan engkau melihat bahtera-bahtera berlayar di atasnya.” Engkau akan melihat kapal-kapal membelah air, pulang-pergi. Firman-Nya “dan agar kalian mencari” Dia menundukkan lautan dan kapal, agar kalian dapat mencari rizki dengan berdagang dengan memindah barang dagangan dari daerah ke daerah yang lain, ini semua merupakan karunia dari Allah dan kekuatan-Nya “dan agar kalian bersyukur.” Agar kalian bersyukur kepada Allah ta’ala, Dia menundukkan laut agar kalian mencari rizki dari karunia-Nya, kalian makan darinya kemudian bersyukur kepada Allah atas hal itu. Syukur bisa berupa dengan memuji Allah dan mengakui segala nikmat-Nya dan menggunakannya untuk mencari ridha-Nya.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa laut merupakan salah satu karunia Allah terbesar di muka bumi. Oleh karena itu, sebagai anak bangsa Indonesia hendaknya memiliki kepekaan dengan tidak mengotori dan merusak makhluk-makhluk Allah yang ada di laut seperti merusak karang juga menangkap ikan dengan cara yang tidak baik. Laut juga sarana perdagangan atara satu wilayah dengan wilayah bahkan satu Negara dengan Negara lain lintas benua.
2. Kata kunci dalam surah An Nahl ayat 14.
Adapun kunci dalam surah An Nahl ayat 14 yaitu :
· Penjelasan sebab adanya rizki, yaitu syukur. Allah subhanahu wa ta’ala memberi rizki agar manusia bersyukur kepada-Nya.
· Boleh memakan daging ikan dan seluruh hewan laut.
· Kapal dapat digunakan untuk berdagang dan mencari ikan.
· Berlayar dengan petunjuk arah mata angina dan arus air.
BAB III
PENUTUP
Manusia kecil dibandingkan lautkan, teteapi dengan kekuasaan Allah, Allah SWT menundukan lautan untuk manusia. Ayat ini masih memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya yang membahas tentang bukti-bukti dan dalil kebesaran Allah SWT yang menunjukan bahwa Allah SWT satu-satunya dzat yang berhak untuk di ibadahi. Dalam ayat ke empat belas ini setelah Allah SWT dalam ayat sebelumnya menyebutkan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam menciptakan langit dan bumi kemudian Allah SWT menyebutkan berbagai macam ciptaannya di atas permukaan bumi, lalu Allah SWT melalui ayat yang mulia ini menunjukan tanda-tanda kebesaran Allah SWT ada pada penciptaan lautan. Dan di dalam ayat yang mulia ini Allah SWT menyebutkan ada 4 manfaat yang Allah SWT sebutkan dari penciptaan lautan :
1. Karunia Allah yang telah menundukan lautan untuk manusia sehingga kita bisa makan dari hasil laut seperti berbagai jenis ikan.
2. Mutiara dan Batu Marjan serta pakaian yang kita pakai yang bahannya dari minyak (polister) yang bahannya kebanyakan dari laut. Ini bentuk karunia Allah menundukan lautan untuk manusia.
3. Allah memberi petunjuk bagaimana cara berlayar dengan melihat arah mata angin dan Lautan sebagai sarana transportasi sehingga orang berniaga diatas lautan
4. Allah memberi petunjuk untuk mencari rizki yang halal dengan menggunakan kapal serta mencari karunia yang ada di dalam lautan.
DAFTAR PUSTAKA
https://tafsirweb.com/4362-quran-surat-an-nahl-ayat-14.html
https://pecihitam.org/surah-an-nahl-ayat-14-18-terjemahan-dan-tafsir-al-quran/
https://bincangsyariah.com/khazanah/tafsir-surah-al-nahl-ayat-14-mensyukuri-eksistensi-laut/
Komentar
Posting Komentar