B A P A K


Kegarangannya mulai luntur seiring bertambahnya usia. Dulu aku meganggap aku paling beruntung karena aku tak pernah meraskaan cambukan, amukan, atau semacamnya dari bapak. Iya, aku anak kesayangan. Begitulah kata kakak-kakak ku. Aku dibesarkan berbeda dengan kakak-kakak ku. Aku tak bisa menolaknya. Begitulah adanya. Sesekali kakak-kakak ku kadang cemburu. Aku selalu mendapat apa yang kuinginkan. Walaupun tidak dalam waktu itu juga.

Terlahir dari anak ke delapan dari delapan bersaudara tentu saja menjadi sesuatu yang berbeda. Walaupun menurut kakak-kakak ku aku menjadi anak kesayangan, bapak tak pernah mendidik anak-anaknya menjadi makhluk cengeng apalagi gengsian. Dari kecil kami selalu di ajarkan kemandirian. Salah besar jika kalian kira aku berangkat sekolah diantar orang tuaku. Dari Taman Kanak-Kanak aku selalu berangkat ke sekolah tanpa diantar orang tua. Bahkan aku masih ingat berangkat dengan mengendarai sepeda mungil punya kakak ku yang kiri di wariskan kepadaku. Sampai  mendaftar SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi bapak tak pernah mengantarkanku seperti kebapanyakan bapak-bapakdari teman-temanku. Sekali lagi bapak punya cara hebat untuk mendidik anak-anaknya yang bahkan dulu aku belum memahaminya. Seandainya dulu aku cepat memahami tentu aku ingin diperlakukan seperti kakak-kakaku bahkan sesekali aku ingin merasakan cambukan bapak. Aku ingin sekuat mereka. Sekarang aku merasa cemburu saat hatiku tak sekuat kakak-kakak ku. Bapak selalu memperlakuakanku lebih lembut di bandingkan kakak-kakak. Iya aku lebih cengeng di bandingkan kakak-kakak ku. Walaupun aku yakin aku tak secengeng anak-anak bungsu lainnya.

Hei, lagi-lagi aku gagal memahami maksud bapak mendidik ku dengan cara berbeda dari kakak-kakak ku. Bapak ingin, kelak aku menjadi bibi (tante)  yang hebat untuk keponakan-keponakan ku.
Bagaimanapun aku sangat bersyukur menjadi anak bapak. Bapak selalu memberi kebebasan untuk melakukan hal-hal menyenangkan yang tak pernah di dapatkan teman-temanku karna menyandang satatus anak perempuan.

Walaupun aku anak perempuan sekaligus anak bungsu aku tetap di izinkan kegiatan di luar  rumah bahkan jika harus keluar kota. Bapak tak pernah melarangku. Dari kecil bapak tau aku suka dengan dunia luar, alam dan semacamnya. Jika teman-temanku kesuitan untuk mendapat izin keluar rumah bahkan hanya untuk mengikuti kegiatan perkemahan yang diadakan sekolah tidak dengan aku. Aku selalu mendapatkanya. Bahkan aku tak pernah melewatkan agenda perkemahan. Aku betul-betul bersyukur bisa merasakan pengalaman-pengalaman baru di setiap perjalananku.

Bapak. Aku ingin membahagianmu. Memberikan kasih sayang seprti yang bapak lakukan padaku. Aku ingin membuat kakak-kakak cemburu karna kasih sayangku padamu.

Bapak, maafkan aku sampai saat ini- masih saja egois dengan mimpiku. Maafkan aku yang begitu tega membiarkamu tersika memendam rindu.

Jum’at, 2 Agustus 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

RINGKASAN BUKU Paulo Freire – Politik Pendidikan : Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan